Tuesday, March 29, 2011

Apa Yang Diucapkan Ketika Menta'ziyahi Orang Terkena Musibah




Para ulama memandang bolehnya melakukan ta'ziyah dengan lafadz (ucapan) apa saja yang bisa menyabarkan orang yg terkena musibah (yg berduka), menghentikan kesedihannya dan membawa mereka kpd sikap ridho terhadap ketentuan (taqdir) Allah Ta'ala selama lafadz tsb tidak bertentangan dgn syari'at.


[Lihat Al-Majmu' 5/278; Al-Adzkar An-Nawawiyah dgn Shohih kitab Al-Adzar
1/403; Al-Mughny 3/487; Ahkam Al-Jana-iz hal.206]

Dan jika dia mengetahui serta mengingat lafadz ta'ziyah yg pernah diucapkan oleh Nabi shalallahu`alayhi wasallam maka itu adalah lebih baik. Dantara lafadz ta'ziyah yg pernah diucapkan oleh Nabi shalallahu`alayhi wasallam adalah :

1. Perkataan Nabi shalallahu`alayhi wasallam ketika putrinya sedang mendekati mautnya :
"Innallaha maa akhadza wa lahu maa a`thaa wa kulla syai-in `indahu bi-ajalin
musammaa"

(Artinya : Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yg Dia ambil dan milik-Nya apa yg Dia beri dan segala sesuatu di sisi Allah memiliki waktu yg telah ditetapkan)
[Hadits shohih riwayat Bukhari-Muslim dari shahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu`anhuma]

Berkata Al-Imam An-Nawawy dalam kitab Al-Adzkar (lihat kitab shohih Al-Adzkar 1/402) : "Dan hadits ini adalah sebaik-baik lafadz yg bisa digunakan untuk manta'ziyah".

Syaikh Al-Albani berkata : dan shighoh (bentuk lafadz) ta'ziyah ini meskipun riwayatnya datang berhubungan dengan orang yg mendekati maut, akan tetapi melakukan ta'ziyah dengan lafadz tsb terhadap musibah kematian (yg sudah meninggal) lebih pantas berdasarkan apa y ditunjukkan oleh nash hadits (secara zhohir).
[Lihat Ahkamul Jana-iz hal.207]

2. Perkataan Nabi shalallahu`alayhi wasallam ketika menemui Ummu Salamah radhayallahu`anha, setelah meninggalnya Abu Salamah beliau berkata (berdoa) :

"Allahummaghfir li abiy salamata war fa` darajatahu fiil mahdiyyiina wakhlifhu fii `aqibihi fiil ghaabiriina waghfirlana wa lahu yaa rabbal `aalamiina wafsah lahu fii qabrihi wa nawwir lahu fiihi."
(Artinya : Ya Allah ampunilah Abu Salamah dan angkatlah derajatnya ke dalam golongan orang-orang yg mendapat petunjuk dan jadikanlah pengganti di belakangnya dari kalangan orang-orang yg tinggal dan hidup dan ampunilah kami dan dia Wahai Rabb semesta alam serta lapangkan dan terangilah baginya didalam kuburnya)
[Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim no.920]

3. Perkataan Nabi shalallahu`alayhi wasallam ketika menta'ziyah `Abdullah bin Ja'far atas kematian bapaknya. Beliau mengucapkan sebanyak tiga kali : "Allahummakhluf ja'faran fii ahlihi wa baarik li `abdillahi fii shafqati yamiinihi"
(Artinya : Ya Allah berikanlah bagi Ja'far pada keluarganya dan berkahilah `Abdullah pada pekerjaan tangannya)
Berkata Syaikh Al-Albani : "Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad no.1750 dgn sanad yg shohih berdasarkan syarat Imam Muslim, dan dari jalannya(Muslim) Al-Hakim (3/298) meriwayatkan satu potong/penggalan dari hadits tsb"
[Lihat Ahkamul Jana-iz hal.209]

Selain itu sebagian ulama menyebutkan lafadz-lafadz yg bisa diucapkan ketika menta'ziyah seorang muslim atas kematian seorang muslim yg lainnya, yaitu :


"A`zhomallahu ajrakum wa ahsana `azaa-akum warahimallahu mayyitakum"
(Artinya : Mudah-mudahan Allah memperbesar pahala kalian dan membaguskan
kesabaran kalian dan merahmati mayat kalian.)


Atau untuk bagian terakhir "wa ghafara mayyitakum"(dan mengampuni mayat kalian)
Lihat : Al-Majmu' (5/278), Al-Mughny (3/486), Al-Inshof (2/565)

Dan jika yg dita'ziyah adalah seorang muslim atas mayatnya yg kafir, maka mereka (para ulama) menyebutkan bahwa doanya adalah : "A`zhomallahu ajrakum wa ahsana `azaa-akum"(Mudah-mudahn Allah memperbesar pahala kalian dan membaguskan kesabaran kalian) Tanpa menyebuitkan dia bagi mayat bahkan menahan diri dari doa bagi mayat
sebab doa dan permohonan ampun bagi orang kafir terlarang. Lihat : Al-Mughny
3/487

----------------
disalin dari rubrik Fiqh, majalah Risalah Ilmiah An-Nashihah vol.03
Th.I/1422 H/2001 M

CERMIN IKHLAS....



Wahai Saudara kami tercinta,

Ikhlas merupakan Syarat diterimanya amal dan ibadah kita oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Selain Ikhlas juga ada syarat yang kedua yaitu Ittiba' dimana amal dan ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shalallahhu 'alaihi wa salam dan para shahabatnya. Bukan ibadah yang ditambah-tambahi ataupun diubah sesuai dengan hawa nafsu dan akal.

IKHLAS dalam keta'atan berarti meninggalkan RIYA' (Ingin dipuji) dan SUM'AH (ujub/mencari popularitas/kagum pada diri sendiri). Untuk itu marilah kita membulatkan niat beramal dan beribadah HANYA untuk mengharap wajah Allah Ta'ala saja dan mencari keridhaan Rabb Yang Maha Tinggi, dan tidak bercampur baur dengan kesyirikan.

Lihat QS AZ Zumar: 2-3. QS Al-Bayyinah: 5, QS Al-Kahfi:100 dan QS Al-Lail:17-18.

Rasulullah Shalallahhu 'alaihi wa salam telah bersabda:
"Barangsiapa berbuat suatu amal supaya amalnya didengar orang lain (sum'ah, mencari popularitas), maka Alloh mempopulerkan amalnya tersebut pada makhlik-Nya, kemudia Dia menghinakannya".
(HR Ahmad dan at-Thabrani)


Untuk Memiliki Sifat IKHLAS ini membutuhkan perjuangan.
Yang dapat membantu menuju keikhlasan adalah:
1. Berdo'a dan memohon perlindungan kepada Allah 'Azza wa Jalla
2. Ilmu, dengan terus belajar menuntut Ilmu Agama teriutama tentang melatih diri agar selalu ikhlash melalui membaca buku atau menghadiri majlis taklim.
3. Mujahadah (Kesungguhan) lihat QS Al-Ankabut: 69
4. Berteman dengan para Mukhlishin.
5. Membaca Riwayat hidup Para Salafus Sholih dan Orang-orang sesudah mereka dari Para Sahlihin.

Beberapa sikap yang bisa dilatih untuk membentuk diri agar IKHLASH dalam beramal dan beribadah, antara lain:
1. Takut mendapatkan popularitas
2. Introspeksi / Menuduh diri sendiri dengan serba kekurangan
3. Banyak berdiam, bicara seperlunya
4. Tidak mencari pujian atau gila dengan pujian
5. Tidak bakhil memuji orang yang berhak mendapatkan pujian dan sanjungan dengan berbagai kriterianya
6. Meluruskan niat dalam beramal karena Alloh ta'ala - baik sebagai pimpinan maupun sebagai yang dipimpin
7. Mengharapkan Ridho Alloh Ta'ala bukan Ridho manusia
8. Menjadikan ridho dan kemurkaannya karena Alloh bukan karena nafsunya
9. Bersabar menapaki jalan panjang yang sangat berat ketika pertolongan-Nya belum kunjung tiba
10. Bergembira dengan keberhasilan lawannya atau minimal tidak marah karena hal itu
11. Senantiasa berusaha membersihkan batinnya dari rasa 'ujub
12. Tidak menganggap suci dirinya
13. Merahasiakan ketaatannya kecuali untuk kemaslahatan yang sangat jelas
14. dan lain-lain.

Demikian kiat-kiat perjuangan melatih diri untuk senatiasa hidup dan beibadah kepada Alloh ta'ala dengan IKHLAS, Semoga nikmat hidayah dan kebersihan niat kita dalam beribadah hanya untuk Alloh semata, selalu mendapat pertolongan dan bimbingan dari Alloh Rabbul 'alamin.

(Tulisan ini diadaptasi dari buku Manajemen Hati, Dr. Muhammad bin Hasan asy-Syarif, Darul Haq, 1425 H)

Wednesday, March 16, 2011

KURANGKAN PENGGUNAAN TEL BIMBIT ANDA..KENAPA?????

http://www.hmetro.com.my/  Rabu 16 March 2011


GEORGETOWN: Persatuan Pengguna Pulau Pinang (CAP) menasihatkan kaum lelaki berhati-hati ketika menggunakan telefon bimbit kerana berpotensi mengurangkan sperma lelaki sekaligus mengakibatkan mati pucuk.
Presidennya, SM Mohamed Idris berkata, kajian mendapati pengguna yang membuat panggilan dari telefon bimbit lebih daripada empat jam sehari mempunyai jumlah sperma paling kurang dan paling rendah kualitinya.

“Satu lagi kajian menunjukkan lelaki yang menyimpan telefon bimbit dalam poket seluar juga menghadapi risiko kerosakan sperma,” katanya di sini, semalam.
Menurutnya, kaedah penyimpanan dalam poket itu akan menghadapi pendedahan Frekuensi Radio (RF) lebih tinggi kerana antena biasanya berada di belakang dan hampir dengan badan.

“Doktor percaya kerosakan itu mungkin disebabkan radiasi elektromagnetik telefon bimbit atau haba dihasilkan,” katanya.

Katanya penggunaan telefon bimbit secara berlebihan menjadi satu lagi faktor menyumbang kepada penurunan sperma selain obesiti, merokok dan tekanan.
GEORGETOWN: Persatuan Pengguna Pulau Pinang (CAP) menasihatkan kaum lelaki berhati-hati ketika menggunakan telefon bimbit kerana berpotensi mengurangkan sperma lelaki sekaligus mengakibatkan mati pucuk.
Presidennya, SM Mohamed Idris berkata, kajian mendapati pengguna yang membuat panggilan dari telefon bimbit lebih daripada empat jam sehari mempunyai jumlah sperma paling kurang dan paling rendah kualitinya.

“Satu lagi kajian menunjukkan lelaki yang menyimpan telefon bimbit dalam poket seluar juga menghadapi risiko kerosakan sperma,” katanya di sini, semalam.
Menurutnya, kaedah penyimpanan dalam poket itu akan menghadapi pendedahan Frekuensi Radio (RF) lebih tinggi kerana antena biasanya berada di belakang dan hampir dengan badan.

“Doktor percaya kerosakan itu mungkin disebabkan radiasi elektromagnetik telefon bimbit atau haba dihasilkan,” katanya.

Katanya penggunaan telefon bimbit secara berlebihan menjadi satu lagi faktor menyumbang kepada penurunan sperma selain obesiti, merokok dan tekanan.
Sementara itu, katanya, pengeluar telefon bimbit sudah mengeluarkan amaran mengenai risiko penggunaan telefon bimbit terhadap kesihatan.

“Misalnya, syarikat Apple dalam buku panduannya memberi amaran kepada pengguna supaya menjauhkan iPhone dalam jarak sekurang-kurangnya 15 milimeter dari tubuh,” katanya.
Sehubungan itu, CAP menasihati orang ramai menggunakan ‘speakerphone’ supaya telefon berada dalam jarak 20 sentimeter daripada kepala.

Sebelum ini, CAP menggesa kerajaan melancarkan kempen untuk mendidik dan memberi peringatan kepada orang ramai mengenai bahaya pendedahan kepada radiasi akibat penggunaan telefon bimbit.

“Hasil kajian terkini Hospital Universiti di Orebro, Sweden menunjukkan penggunaan telefon bimbit selama 10 tahun atau lebih boleh meningkatkan risiko tumor otak,” katanya.

Katanya, kajian yang diketuai Profesor Lennart Hardell itu menjelaskan ia berlaku memandangkan jarak otak yang hampir dengan antena radiasi dan berpotensi menyerap sejumlah tenaga elektromagnetik.

“Menurut kajian itu, bagi setiap tahun penggunaan telefon bimbit, tumor otak meningkat sebanyak lapan peratus dan selepas lebih 10 tahun, terdapat 280 peratus risiko tumor otak,” katanya.

Tuesday, March 15, 2011

AYAT SUCI LEBIH MUDAH DILUPAKAN

DARIPADA Abu Musa, katanya, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Selalu-selalulah membaca al-Quran kerana demi Allah ia lebih cepat lepas daripada unta ditambatannya." (Hadis riwayat Muslim)

Membaca al-Quran adalah ibadah paling utama selepas amal fardu yang diwajibkan Allah SWT.


Sesiapa meninggalkannya kerana keangkuhannya, nescaya Allah akan

membinasakannya.

Sesiapa yang mencari petunjuk pada selain-Nya, Allah akan menyesatkannya.


Kita diingatkan jangan melupakan al-Quran yang dibaca (diingat atau dihafal)

kerana Nabi SAW pernah bersabda: "Seburuk-buruk orang di antara kamu ialah yang mengatakan,"Aku lupa ayat ini dan itu," tetapi sebenarnya dia melupakannya.

Hafal al-Quran kerana sesungguhnya al-Quran itu lebih cepat perginya daripada dada lelaki daripada unta (yang terikat)." (Syaikhan dan at-Tirmizi).

Rasulullah SAW bersabda: "Belajarlah kamu al-Quran, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahlinya, di kala itu orang sangat memerlukannya. Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, "Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab: "Siapakah kamu?" Maka berkata al-Quran: "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku pada waktu siang hari. Kemudian berkata orang yang pernah membaca al-Quran itu: "Adakah kamu al-Quran?" Lalu al-Quran mengakui dan melihat orang yang pernah membacanya menghadap Allah.

Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangannya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.


Pada ayah dan ibunya yang Islam pula diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga kedua-duanya bertanya: "Dari manakah kami memperoleh ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?" Lalu dijawab: "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu mempelajari al-Quran."

TIDAK HINA ORANG YANG MERENDAH DIRI



Sombong, bongkak, angkuh dan takabur atau kibir mempunyai pengertian yang sama. Iaitu salah satu daripada sifat-sifat mazmumah (sifat tercela/terkeji). Sifat ini menjadi kebencian dan kemurkaan Allah kepada sesiapa yang memilikinya, walaupun cuma sedikit, dan menjadi penghalang daripada syurga. Sabda Rasulullah s.a.w.:
"Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat walau seberat zarah dari perasaan takabur atau sombong."
Firman Allah yang bermaksud:
"Sesungguhnya mereka yang sombong untuk taat sebagai hambaKu, mereka akan masuk Jahanam sebagai makhluk yang hina dina."(Almukmim:60)

Sifat sombong atau takabur ini boleh di bagikan kepada dua, iaitu, takabur lahir dan takabur batin. Takabur lahir dapat dilihat melalui perbuatan dan tindakannya. Gayanya angkuh, mulutnya tajam, mudah menghina orang yang dianggapnya lebih rendah (pangkat, kealiman, darjat keturunan) daripadanya.


Ketakburan itu adakalanya dapat dilihat melalui perbicaraan, seperti tidak mahu mengalah, menganggap dirinya sentiasa benar dan tidak mahu mendengar dan mengikut nasihat.

Imam Al Ghazali berkata ;
"Orang yang takabur itu ialah orang yang apabila ditegur, ia marah dan benci, sedangkan kalau ia menegur orang lain ditegurnya dengan keras dan kasar."

Orang yang sombong atau takabur ini mudah menghina orang lain dan akan marah jika ada yang mengatasinya.; ia akan dengki apabila orang lain mendapat nikmat dan akan berdendam dengan orang yang menandingnya.


Takabur batin ialah membesarkan diri di dalam hati. Inilah maksiat di dalam hati yang dicela. Dengan adanya rasa angkuh di dalam hatilah lahirnya kata-kata membanggakan diri. Iblis menganggap dirinya lebih mulia dari Nabi Adam, katanya, " Aku lebih baik dan mulia dari dia (Adam), aku dijadikan dari api sedangkan dia dijadikan dari tanah," lalu dengan angkuhnya Iblis enggan tunduk kepada Nabi Adam, sehingga dengan itu menyebabkan Allah melaknat Iblis dan keturunannya.


Takabur boleh dibahagi kepada tiga: Takabur terhadap Tuhan, Takabur terhadap RasulNya dan takabur sesama manusia. Takabur kepada Tuhan ialah tidak memperdulikan ancamanNya dan memandang remeh segala syariat dan peraturanNya.


Takabur dengan Rasulullah ialah enggan mengikuti petunjuknya. Orang Quraisy zaman Rasulullah enggan mengikutnya kerana baginda adalah anak yatim yang miskin. Orang Yahudi pula tidak mahu mengikut Nabi Muhammad kerana baginda bukan dari keturunan Bani Israel. Kebanyakan orang sekarang pula tidak mahu mengikut ajaran Rasulullah kerana menganggapnya kolot, orthodoks, ketinggalan zaman dan berbagai alasan lagi.


Merasa lebih tinggi dari orang lain adalah takabur sesama manusia. Orang berpangkat tinggi merasa patut dihormati, dimuliakan dan menganggap orang lain rendah. Apabila seorang isteri berpangkat tinggi dan ada nama, susah untuk taat dan memuliakan suaminya, sebagaimana yang dikehendaki oleh syariat. Seorang alim ulama' bersikap takabur apabila ia memandang remeh terhadap orang lain kerana menganggap dia sahaja yang benar, jika ditegur walaupun benar, teguran itu ditolaknya.


Takabur ialah penyakit hati yang merbahaya. Orang yang berpenyakit ini tidak boleh menjadi pendakwah. Ditakuti melalui tindak tanduknya akan menampakkan akhlak yang buruk. Kata-katanya pula akan menyakiti orang hingga menyebabkan mereka hilang kepercayaan. Lebih bahaya lagi jika ia mewakili jemaah atau parti, nama parti akan terlibat akibat sikap angkuhnya dan akhlaknya yang buruk.


Imam Al Ghazali telah memberi beberapa panduan untuk mengelakkan sikap takabur atau sombong ini. Apabila kita berjumpa dengan kanak-kanak, anggaplah kanak-kanak itu lebih mulia dari kita. Kerana kanak-kanak itu belum diberati dosa, sedangkan kita sudah berlarut-larut hampir setiap langkah berbuat dosa. Apabila kita berhadapan dengan orang tua, anggaplah orang tua itu lebih mulia, kerana ia lebih lama beribadah daripada kita.


Ketika kita berjumpa dengan orang alim, anggaplah beliau lebih mulia dari kita kerana banyak ilmu-ilmu yang tidak kita ketahui tetapi beliau mengetahuinya. Kalau kita melihat orang yang jahil, anggaplah dia lebih mulia dari kita , kerana dia berbuat sesuatu kesalahan atau dosa kerana kejahilannya sedang kita berbuat dosa dalam keadaan kita mengetahuinya.


Kalau kita berjumpa dengan orang jahat, jangan lah anggap kita mulia atau lebih baik daripadanya, tetapi katakanlah bahawa orang jahat itu mungkin di masa tuanya ia bertaubat, memohon ampun dari perbuatannya. Sedangkan kita sendiri belum tahu lagi bagaimana kita akhirnya.


Apabila berjumpa dengan orang kafir, katakanlah dalam hati, bahawa sikafir itu belum tentu kafir selamanya, mungkin di suatu hari datang keinsafan padanya, dia memeluk Islam dan semua dosanya di dalam kekafiran dulu diampuni Tuhan, sedangkan kita ini sejak lahir sudah islam, tetapi dosa terus dikerjakan juga dan balasan pahala belum tentu lagi.


Lawan daripada sifat sombong ialah sifat tawadhuk atau rendah diri. Sekiranya seseorang telah berjaya mengikis sifat sombongnya akan datanglah sifat tawadhuk padanya, sifat terpuji yang disukai Allah dan makhluk seluruhnya.

Dari Ibnu Abbas, bersabda Rasulullah;
"Tidak seorang pun kecuali di kepalanya terdapat dua rantai, satu rantai sampai ke langit ke tujuh dan satu rantai yang lain sampai ke bumi yang ketujuh. Apabila seseorang itu merendahkan diri, Allah mengangkatnya dengan rantai yang di langit ketujuh dan apabila ia sombong, Allah merendahkannya dengan rantai yang di bumi ke tujuh."

Urwah bin Azzubair berkata; " Tawadhuk ialah alat untuk mencapai kemuliaan. Lantaran itu Rasulullah, para Nabi, para sahabat , para aulia' dan orang-orang soleh suka merendahkan diri dan memiliki sifat tawadhuk. Rasulullah S.A.W. bersabda:

"Aku diberi kunci kekayaan bumi, lalu disuruh pilih di antara menjadi hamba dan Nabi atau menjadi Nabi dan Raja, maka Jibril memberi isyarat kepadaku supaya bertawadhuk dan menjadi Nabi dan hamba, maka saya pilih Nabi dan hamba, maka diberikan kepadaku itu dan aku pertama manusia yang keluar dari bumi kelak dan aku yang pertama memberi syafaat kelak."

Tegasnya untuk menghilangkan sifat sombong dan takabur perlulah bermujahadah bersungguh-sungguh. Buat sesuatu yang menyebabkan kita dipandang rendah. Datangkan rasa rendah diri dan berlaku tawadhuk. Sesungguhnya tidak hina orang yang merendah diri. Allah telah memuji hambaNya yang tawadhuk dan akan mengangkat darjat mereka.